 
	
		
Sejarah dan Latar Belakang
Pondok Pesantren (PP) Darul Ihsan memiliki sejarah yang penuh dengan nilai-nilai keikhlasan dan pengabdian. Perjalanan panjang lembaga pendidikan Islam ini dimulai dari sebuah surau kecil berbahan bambu gedek milik Kiai Asrawi yang wafat pada tahun 1957. Seorang ulama yang dengan tulus mengajarkan al-Qur’an kepada santri-santrinya ini telah menanamkan benih-benih ilmu yang kemudian akan tumbuh menjadi lembaga pendidikan besar.
Setelah Kiai Asrawi wafat, kegiatan pendidikan di surau tersebut mengalami kevakuman selama tiga tahun karena ia tidak memiliki keturunan yang dapat meneruskan amanah tersebut. Melihat kondisi ini, masyarakat setempat kemudian mendesak Mushaffa muda, keponakan Kiai Asrawi, untuk meneruskan amanah mulia tersebut dan membuka hati umat kembali.
Baca Juga: RA Al-Ihsan III/A
Meskipun pada awalnya menolak karena merasa masih muda dan masih berstatus sebagai santri di PP. Annuqayah Guluk-Guluk, akhirnya pada tahun 1960, setelah melalui pertimbangan pihak keluarga dan desakan masyarakat, Mushaffa muda menyanggupi permintaan tersebut untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan di desa Pakamban Daya Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep.
Ini sebagai jawaban dan solusi bagi kondisi masyarakat setempat yang begitu gelap keadaannya, setelah tiga tahun ditinggal Kiai Asrawi rahimahullah sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat Pakamban Daya dan desa sekitarnya sangat membutuhkan lembaga pendidikan untuk mengatasi kebodohan dan keterbelakangan. Keberadaan inilah yang menyentuh kalbu suci Mushaffa muda yang tidak rela membiarkan mereka berjalan di atas lorong kegelapan tersebut.
Baca Juga: MI Al-Ihsan III/A
Maka menyadari realita yang demikian, ia tampil sebagai leader dengan berbekal Ilmu pengatahuan yang diperoleh selama dua tahun dari PP. Miqatul Ulum Liprak Kulon, tiga tahun dari PP. Salafiyah Siwalan Panji Sidoarjo, dan dua tahun dari PP. Annuqayah Guluk-guluk Sumenep. Dengan mendidik anak-anak yang datang dari segala penjuru desa, dengan berbagai disiplin Ilmu pengatahuan baik melalui jalur formal maupun non formal.
Baca Juga: MTs. Darul Ihsan
Dengan berjalannya waktu, masyarakat menobatkan sosok muda itu sebagai kiai yang mampu mengemban amanah lembaga pendidikan yang terus berkembang. Kini, eksistensi PP. Darul Ihsan sebagai garda pembinaan umat semakin dapat dipertanggungjawabkan. Kerja keras, perhatian dan kebersamaan semua pihak telah membawa lembaga ini menemukan jati dirinya, terbukti dengan berdirinya RA Al-Ihsan III/A, MI. AL-Ihsan III/A, MTs. Darul Ihsan, MA. Darul Ihsan, dan Madrasah Diniyah Darul Ihsan.
Filosofi Pendidikan dan Perkembangan
PP. Darul Ihsan tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga aktif dalam bidang dakwah dan amar ma’ruf nahi mungkar. Kiai Mushaffa menanamkan kepada santri-santrinya sikap peka dan peduli terhadap persoalan-persoalan sosial yang ada di masyarakat. Filosofi pendidikan yang dipegang teguh adalah bahwa tugas santri bukan hanya membaca ajaran Islam secara tekstual, tetapi juga menerapkannya secara konkrit dalam kehidupan sehari-hari.
Dari tahun ke tahun, jumlah santri terus bertambah dan fasilitas dilengkapi secara bertahap bahkan bisa dibilang kurang memadai. Melihat kondisi ini, keluarga pesantren kemudian berembuk dengan masyarakat untuk membuat pondok sebagai tempat tinggal santri. Masyarakat sangat setuju dengan usulan tersebut, sehingga sejak saat itulah PP. Darul Ihsan berdiri sebagai lembaga pendidikan dengan santri mukim yang terus bertambah.
Baca Juga: MA. Darul Ihsan
Saat ini, PP. Darul Ihsan telah berkembang pesat dengan menampung sekitar 500 santri putra-putri. Perkembangan yang signifikan ini merupakan hasil dari upaya maksimal dan kekompakan kolektif antara pengelola, asatiz, dan stakeholder, sebagaimana diakui oleh Kiai Mushaffa sendiri.
Kepemimpinan dan Pengelolaan
Dalam menjalankan tugas kepesantrenan yang semakin berat, Kiai Mushaffa dibantu oleh dua putranya yang merupakan alumni PP. Al Ihsan Jaddung. Kiai M. Helmi, S.Pd. dan Kiai Abd Halim, S.Ag. M.M. turut berperan aktif dalam pengembangan dan pengelolaan pesantren. Dengan bantuan kedua putranya, PP. Darul Ihsan mampu berkembang dengan pesat dan mengelola ratusan santri dengan baik.
Dari sebuah surau kecil bambu yang pernah vakum, kini PP. Darul Ihsan telah menjadi mercusuar pendidikan Islam yang menerangi masyarakat dengan cahaya ilmu dan akhlak mulia. Perjalanan sejarah ini menjadi bukti bahwa dengan keikhlasan, kerja keras, dan dukungan semua pihak, sebuah lembaga pendidikan dapat tumbuh dan berkembang menjadi penggerak generasi yang penuh spirit spiritualitas, intelektualitas, dan profesionalitas.


 
						

